Tulisan
2 (Tentang motivasi)
1. Tentang motivasi
a.
Pengertian motivasi
Menurut Uno (2007), motivasi dapat
diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam diri seseorang yang
diindikasikan dengan adanya; hasrat dan minat; dorongan dan kebutuhan; harapan
dan cita-cita; penghargaan dan penghormatan. Motivasi adalah sesuatu apa yang
membuat seseorang bertindak (Sargent, dikutip oleh Howard, 1999) menyatakan
bahwa motivasi merupakan dampak dari interaksi seseorang dengan situasi yang
dihadapinya (Siagian, 2004).
Morgan (dalam Soemanto, 1987) mengemukakan
bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang sekaligus merupakan aspek- aspek
dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah: keadaan yang mendorong tingkah laku
(motivating states), tingkah laku yang di dorong oleh keadaan tersebut
(motivated behavior), dan tujuan dari pada tingkah laku tersebut (goals or ends
of such behavior). McDonald (dalam Soemanto, 1987) mendefinisikan motivasi
sebagai perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan
efektif dan reaksi- reaksi mencapai tujuan. Motivasi merupakan masalah kompleks
dalam organisasi, karena kebutuhan dan keinginan setiap anggota organisasi
berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini berbeda karena setiap anggota suatu
organisasi adalah unik secara biologis maupun psikologis, dan berkembang atas
dasar proses belajar yang berbeda pula (Suprihanto dkk, 2003).
Soemanto (1987) secara umum
mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga yang ditandai oleh
dorongan efektif dan reaksi-reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan manusia
itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang
memberi kekuatan bagi tingkahlaku mencapai tujuan,telah terjadi di dalam diri
seseorang.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan
bahwa motivasi adalah energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan
pada diri sesorang yang nampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi,
sehingga mendorong individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu dikarenakan
adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus terpuaskan.
2. Teori-teori motivasi
· Teori drive reinforcement
Motivasi adalah dorongan psikologis
yang mengarahkan seseorang ke arah suatu tujuan. Motivasi membuat keadaan dalam
diri individu muncul, terarah, dan mempertahankan perilaku, menurut Kartini
Kartono motivasi menjadi dorongan (driving force) terhadap seseorang agar mau
melaksanakan sesuatu.
Motivasi dapat diartikan sebagai
kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan
entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam
diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu
(motivasi ekstrinsik).
· Teori tujuan
Teori ini menyatakan bahwa mencapai
tujuan adalah sebuah motivator. Hampir setiap orang menyukai kepuasan kerja
karena mencapai sebuah tujuan spesifik. Saat seseorang menentukan tujuan yang
jelas, kinerja biasanya meningkat sebab:
• Ia akan berorientasi pada hal hal
yang diperlukan
• Ia akan berusaha keras mencapai
tujuan tersebut
• Tugas tugas sebisa mungkin akan
diselesaikan
• Semua jalan untuk mencapai tujuan
pasti ditempuh
Teori ini mengatakan bahwa kita akan
bergerak jika kita memiliki tujuan yang jelas dan pasti. Dari teori ini muncul
bahwa seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi jika dia memiliki tujuan
yang jelas. Sehingga muncullah apa yang disebut dengan Goal Setting (penetapan
tujuan).
· Teori harapan
Teori harapan adalah kekuatan dari
suatu kecenderungan untuk bertindak dalam cara tertentu bergantung pada
kekuatan dari suatu harapan bahwa tindakan tersebut akan diikuti dengan hasil
yang ada dan pada daya tarik dari hasil itu terhadap individu tersebut.
· Teori Hierarki Kebutuhan Abraham
Maslow
Teori motivasi yang dikembangkan oleh
Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat mengenai konsep motivasi
manusia dan mempunyai lima hierarki kebutuhan, yaitu :
• Kebutuhan yang bersifat fisiologis
(lahiriyah)
Manifestasi kebutuhan ini terlihat
dalam tiga hal pokok, sandang, pangan dan papan. Bagi karyawan, kebutuhan akan
gaji, uang lembur, perangsang, hadiah-hadiah dan fasilitas lainnya seperti
rumah, kendaraan dll. Menjadi motif dasar dari seseorang mau bekerja, menjadi
efektif dan dapat memberikan produktivitas yang tinggi bagi organisasi.
• Kebutuhan keamanan dan ke-selamatan
kerja (Safety Needs)
Kebutuhan ini mengarah kepada rasa
keamanan, ketentraman dan jaminan seseorang dalam kedudukannya, jabatan-nya,
wewenangnya dan tanggung jawabnya sebagai karyawan. Dia dapat bekerja dengan
antusias dan penuh produktivitas bila dirasakan adanya jaminan formal atas
kedudukan dan wewenangnya.
• Kebutuhan sosial (Social Needs)
Kebutuhan akan kasih sayang dan
bersahabat (kerjasama) dalam kelompok kerja atau antar kelompok. Kebutuhan akan
diikutsertakan, mening-katkan relasi dengan pihak-pihak yang diperlukan dan
tumbuhnya rasa kebersamaan termasuk adanya sense of belonging dalam organisasi.
• Kebutuhan akan prestasi (Esteem
Needs)
Kebutuhan akan kedudukan dan promosi
dibidang kepegawaian. Kebutuhan akan simbul-simbul dalam statusnya se¬seorang
serta prestise yang ditampilkannya.
• Kebutuhan Akutualisasi Diri (Self
Actualization)
Setiap orang ingin mengembangkan
kapasitas kerjanya dengan baik. Hal ini merupakan kebutuhan untuk mewujudkan
segala kemampuan (kebolehannya) dan seringkali nampak pada hal-hal yang sesuai
untuk mencapai citra dan cita diri seseorang. Dalam motivasi kerja pada tingkat
ini diperlukan kemampuan manajemen untuk dapat mensinkronisasikan antara cita
diri dan cita organisasi untuk dapat melahirkan hasil produktivitas organisasi
yang lebih tinggi.
· Contoh teori
Teori 1
seorang pegawai yang datang terlambat
berulangkali mendapat teguran dari atasannya, mungkin disertai ancaman akan
dikenakan sanksi indisipliner. Teguran dan kemungkinan dikenakan sanksi sebagi
konsekwensi negatif perilaku pegawai tersebut berakibat pada modifikasi
perilakunya, yaitu datang tepat pada waktunya di tempat tugas.
Teori 2
seorang karyawan mempunyai harapan
yang besar agar mendapat promosi untuk kenaikan jabatan, ia optimis dan terus
bekerja keras menunjukkan kinerja kerja yang baik di perusahaan agar
keinginannya tercapai.
Teori 3
Suatu organisasi ingin membantu
membuat foster home untuk para binatang-binatang liar agar mereka bisa dirawat
dan diadopsi. lalu organisasi tersebut bekerjasama dengan organisasi lain yang
mempunyai visi dan tujuan yang sama yaitu dengan mengadakan penyuluhan dan
sejenisnya agar kegiatan ini bisa terwujudkan.
Teori
4
• Kebutuhan yang bersifat fisiologis
(lahiriyah)
Seorang pegawai bekerja agar
kebutuhannya yang bersifat sandang, pangan dan papan terpenuhi. yaitu pegawai
membutuhkan gaji, uang lembur, hadiah-hadiah berupa rumah, mobil dsb.
• Kebutuhan keamanan dan ke-selamatan
kerja (Safety Needs)
seorang pegawai baru melamar disuatu
perusahaan karena fasilitas keamanan dan keselamatan kerjanya terjamin seperti
asuransi, jaminan kesehatan dll.
• Kebutuhan sosial (Social Needs)
menjalin kerjasama yang baik dengan
atasan dan teman seprofesi dengan baik.
• Kebutuhan akan prestasi (Esteem
Needs)
seorang pimpinan perusahaan
mempromosikan pegawainya karena kinerja kerjanya yang memuaskan.
• Kebutuhan Akutualisasi Diri (Self
Actualization)
seorang karyawan bekerja keras dan
menunjukkan kinerjanya dengan baik sehingga ia banyak menguntungkan
perusahaannya.
Contoh
kasus :
Kesalahan
Melahirkan Ide Kreatif
Sering
kali manusia takut untuk melakukan hal-hal baru karena takut salah, takut
dicemooh, dan lain-lain. Pada dasarnya itu hanyalah alasan yang membelenggu
pikiran kreatif kita. Pendapat yang menyebutkan, ”Melakukan kesalahan adalah
keliru” tidak sepenuhnya benar, karena itu akan membatasi kita dalam melahirkan
ide-ide kreatif dan orisinil.
Thomas
Alva Edison mengalami ribuan kali kegagalan dalam menciptakan lampu pijar. Jika
ia merasa takut salah, hingga kini kita tidak akan mengenal Thomas Alva Edison
sebagai penemu lampu pijar. Seorang Edison berani melakukan hal-hal baru yang
belum tahu seberapa besar keuntungan yang akan didapatnya. Ia melahirkan sikap
positif yang patut ditiru untuk menemukan ide-ide kreatif dan kesempatan baru.
Jika
Anda hanya berpaku pada pola pikir Anda yang masih diliputi rasa takut, maka
Anda akan selamanya berada dalam tempat yang sama. Anda harus mulai
memberanikan diri dan berhenti menggunakan ungkapan, “Bagaimana jika...”
Kesalahan
memiliki tujuan yang berguna, karena dengan kesalahan kita bisa menentukan
kapan kita harus merubah haluan dalam mencapai tujuan. Jika Anda terbiasa
melakukan suatu pekerjaan, bisa saja Anda meminimalisir kesalahan yang akan
timbul.
Kesalahan
yang terjadi dalam hidup bukanlah suatu akhir dari usaha yang Anda lakukan.
Jadikanlah kesalahan Anda sebagai cerminan untuk memperbaiki dirii.
Analisis
:
Dalam
hal ini dapat dikaitkan dengan teori motivasi Teori drive reinforcement, Karena
terjadi dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang ke arah suatu tujuan.
Dan motivasi membuat keadaan dalam diri individu muncul, terarah, dan mempertahankan
perilaku, sehingga motivasi menjadi dorongan (driving force) terhadap seseorang
agar mau melaksanakan sesuatu.
Sumber:
http://www.pengertianahli.com/2013/09/pengertian-motivasi-menurut-para-ahli.html
http://www.duniapsikologi.com/pengertian-motivasi/
http://cintaluna-lovelyluna-psikologi.blogspot.com/2009/11/teori-motivasi-drive-reinforcement_20.html
http://cikeindah.blogspot.com/2013/10/motivasi_29.html?m=1
http://id.jobsdb.com/ID/ID/Resources/JobSeekerArticle/after%20work?ID=567
Tidak ada komentar:
Posting Komentar