Jumat, 27 September 2013

Komunikasi dan Kepemimpinan

Tulisan 1 :
Definisi Komunikasi, Dimensi Komunikasi, Definisi Leadership, dan Teori-teori Kepemimpinan


Definisi Komunikasi

    Komunikasi merupakan proses transfer pemahaman  (Understanding) sesuatu yang berarti  (Meaningfull). Komunikasi berasal dari bahasa Latin communicatio yang berarti ‘pemberitahuan’ atau ‘pertukaran pikiran’. Jadi secara garis besar, dalam suatu proses komunikasi haruslah terdapat unsur –unsur kesamaan makna agar terjadi suatu pertukaran pikiran dan pengertian antara komunikator (penyebar pesan) dan komunikan (penerima pesan). 

Menurut Schermerborn,J.R. (1996), komunikasi merupakan proses antar pribadi yang meliputi pengiriman dan penerimaan simbol yang memiliki makna.
Komunikasi adalah proses menggambarkan siapa, mengatakan apa, dengan cara apa, kepada siapa dengan efek apa (Laswell).

Dimensi Komunikasi

Komunikasi mempunyai Dimensi  isi dan Dimensi hubungan, dimensi isi disandi secara verbal sementara dimensi hubungan disandi secara nonverbal. Dimensi isi menunjukkan muatan (isikomunikasi) yaitu apa yang dikatakan. Sedangkan dimensi hubungan menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana hubungan komunikasi itu, dan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan.
Dalam komunikasi massa, dimensi isi merujuk pada isi pesan, sedangkan dimensi hubungan merujuk pada unsur-unsur lain, termasuk juga jenis saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan tersebut. Pengaruh suatu berita atau artikel dalam surat kabar, bukan hanya tergantung pada isinya, namun juga pada siapa, penulisnya, tata letak (lay-out)-nya, jenis huruf yang digunakan, warna tulisan, dan lain sebagainya.

Definisi Leadership


Kemampuan memimpin (Leadership) adalah keterampilan yang sangat diperlukan oleh setiap pemimpin agar mendapatkan kinerja yang optimal. Kegagalan membentuk teamwork akan mempengaruhi kinerja organisasi secara keseluruhan.
Menurut Stoner J.A,.R.E. Freeman dan D.R Gilbert Jr. (1995), Leadership (kepemimpinan) adalah proses mengarahkan dan memengaruhi anggota kelompok untuk menjalankan tugas. Menurut Griffin (2004), pemimpin adalah individu yang mampu memengaruhi perilaku orang lain tanpa mengandalkan kekerasan. Sedangkan pemimpin adalah orang yang menjalankan kepemimpinan.
Pemimpin dan Kepemimpinan adalah ibarat sekeping mata uang logam yang tidak dapat dipisahkan, dalam artian bisa dikaji secara terpisah namun harus dilihat sebagai suatu kesatuan. Seorang pemimpin harus memiliki jiwa kepemimpinan, dan jiwa kepemimpinan yang dimiliki seorang pemimpin tidak bisa diperoleh dengan cepat dan segera, namun merupakan suatu proses yang terbentuk dari waktu ke waktu hingga akhirnya mengkristal dalam sebuah karakteristik.

Teori Kepemimpinan

   v  Teori X dan Y (Douglas McGregor)


       

     Doudlas McGregor terkenal dengan teori X dan Y yang membahas perilaku dan motivasi para pekerja. Berikut gambaran mengenai perilaku X dan Y .

     


  Teori X (pandangan negatif) :
Ø  Orang cenderung tidak suka bekerja (malas), berusaha menghindari pekerjaan.
Ø  Pimpinan harus mengendalikan, mengarahkan, memaksa dan mengancam karyawan agar karyawan bekerja untuk mencapai tujuan organisasi.
Ø  Orang cenderung suka diarahkan, menghindari tanggung jawab, menginginkan keamanan (risk avoider), dan tidak terlalu berambisi.
                Teori Y (pandangan positif) :
Ø  Orang secara alami tidak membenci pekerjaan, namun memandang pekerjaan sebagai bagian dari hidup.
Ø  Orang secara internal termotivasi untuk mencapai suatu tujuan yang menjadi tanggung jawab bersama.
Ø  Orang secara sukarela mengikatkan diri pada tujuan bersama dan akan menerima penghargaan apabila tujuan tercapai.
Ø  Orang memiliki kapasitas untuk berinovasi dalam memecahkan masalah organisasi.
Ø  Orang pada dasarnya memiliki kecerdasan, namun seringkali organisasi tidak memanfaatkan kelebihan karyawan secara optimal.

v Teori Sistem Empat dari Rensis Likert
Ø Sistem 1, otoritatif dan eksploitatif
Manajer membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan memerintah para bawahan untuk melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan juga secara kaku ditetapkan oleh manajer.
Ø Sistem 2, otoritatif dan benevolent:
Manajer tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan untuk memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut. Bawahan juga diberi berbagai fleksibilitas untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan prosedur-prosedur yang telah ditetapkan.
Ø Sistem 3, konsultatif:
Manajer menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu didiskusikan dahulu dengan bawahan. Bawahan dapat membuat keputusan-keputusan mereka sendiri tentang cara pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih digunakan untuk memotivasi bawahan daripada ancaman atau hukuman.
Ø  Sistem 4, partisipatif:
Adalah sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila manager secara formal yang membuat keputusan, mereka melakukan setelah mempertimbangkan saran dan pendapat dari para anggota kelompok. Untuk memotivasi bawahan, manajer tidak hanya mempergunakan penghargaan-penghargaan ekonomis tetapi juga mencoba memberikan kepada bawahan perasaan yang dibutuhkan dan penting.

v Theory of Leadership Pattern Choice dari Tannenbaum & Scmidt
Bagaimana bisa seorang manajer mengatakan gaya manajemen apa yang digunakan? Pada tahun 1957, Robert Tannenbaum dan Warren Schmidt menulis salah satu artikel yang paling revolusioner yang pernah muncul dalam The Harvard Bussiness Review. Artikel ini, berjudul “Bagaimana Memilih Sebuah Pola Kepemimpinan” adalah signifikan  bahwa hal tersebut menunjukkan gaya kepemimpinan adalah pilihan manager. Di bawah ini Anda akan melihat akrab “Hubungan Oriented” dan “Tugas”.


                   Berorientasi “kontinum, yang juga diberi  label “demokrasi” dan Otoriter”.

Diagram menunjukkan dimensi lain: “Sumber Otoritas”. Pada akhir demokratis diagram, manajer memungkinkan kebebasan karyawan. Pada akhir otoriter diagram kita mellihat bahwa manajer adalah satu-satunya sumber otoritas. Kita pergi dari otoritas buruh untuk otoritas manajer.
Berkaitan dengan masalah gaya kepemimpinan dan dengan pertanyaan seperti manajer dapat demokratis terhadap bawahan, namun mempertahankan otoritas yang diperlukan dan kontrol. Untuk tujuan analisis merekatelah menghasilkan sebuah kontinum perilaku kepemimpinan mulai dari autoritarian styeles di satu ekstrem ke gaya demokratis di sisi lain, yang mereka sebut boss berpusat dan berpusat pada bawahan tidak seperti orang lain model kepemimpinan berusaha untuk menyediakan kerangka kerja untuk analisis dan pilihan individu. Para penulis mengusulkan tiga faktor utama yang menjadi pilihan tergantung pola kepemimpinan :
1.       Kekuatan di manajer (egattitudes, kepercayaan, nilai-nilai).
2.       Kekuatan di bawahan (egtheir sikap, kepercayaan, nilai dan harapan dari pemimpin)
3.       Kekuatan dalam situasi (egtheir dan kendala yang dihasilkan oleh tugas-tugas, iklim organisasi dan lain-lain dari faktor extrancous).
Tujuh “pola kepemimpinan” yang diidentifikasi oleh Tannenbaum dan Schmidt. Pola lepemimpinan dengan angka-angka dibawah ini mirip dengan gaya kepemimpinan, tetapi definisi dari masing-masing terkait dengan proses pengambilan keputusan.
Demokrasi (hubungan berorientasi) pola kepemimpinan yang ditandai oleh penggunaan wewenang oleh bawahan.
Otoriter (tugas berorientasi) pola kepemimpinan yang ditandai penggunaan wewenang oleh pemimpin.
Perhatikan bahwa sebagai penggunaan kekuasaan oleh bawahan meningkat (gaya demokratis) penggunaan wewenang oleh pimpinan berkurang secara proporsional.
Ø   Kepemimpinan pola 1: “Pemimpin izin bawahan berfungsi dalam batas-batas yang ditentukan oleh superior.”
Contoh : Pemimpin memungkinkan anggota tim untuk memutuskan kapan dan seberapa sering untuk bertemu.
Ø   Kepemimpinan pola 2: “Pemimpin mendefinisikan batas-batas, dan meminta kelompok untuk membuat keputusan.”
Contoh : Pemimpin mengatakan bahwa anggota tim harus memenuhi setidaknya sekali seminggu, tetapi tim bisa memutuskan hari mana yang terbaik.
Ø   Kepemimpinan pola 3: “Pemimpin menyajikan masalah, kelompok dapat menunjukkan, maka pemimpin membuat keputusan.”
Contoh : Pemimpin meminta tim untuk menyarakan hari-hari baik untuk bertemu, maka pemimpin memutuskan hari apa tim akan bertemu.
Ø   Kepemimpinan pola 4: “ Pemimpin tentatif menyajikan keputusan untuk kelompok. Keputusan dapat berubah oleh kelompok.”
Contoh : Pemimpin kelompok bertanya apakah hari rabu akan menjadi hari yang baik untuk bertemu. Tim menyarankan hari-hari lain yang mungkin lebih baik.
Ø   Kepemimpinan pola 5: “Pemimpin menyajikan ide-ide dan mengundang pertanyaan.”
Contoh : Pemmimpin tim mengatakan bahwa ia sedang mempertimbangkan membuat hari rabu untuk pertemuan tim. Pemimpin kemudian meminta kelompok jika mereka memiliki pertanyaan.
Ø   Kepemimpinan pola 6: “Para pemimpin membuat keputusan kemudian meyakinkan kelompok bahwa keputusan yang benar.”
Contoh : Pemimpin mengatakan kepada anggota tim bahwa mereka akan bertemu pada hari rabu. Pemimpin kemudian meyakinkan anggota tim bahwa rabu adalah hari-hari terbaik untuk bertemu.
Ø   Kepemimpinan pola 7 : “Para pemimpin membuat keputusan dan mengumumkan ke grup.”
Contoh : Pemimpin memutuskan bahwa tim akan bertemu pada hari rabu apakah mereka suka atau tidak, dan mengatakan berita tersebut kepada tim.





Sumber :
ü  Drs. Tommy Suprapto, M.S. 2009. Pengantar Teori & Manajemen Komunikasi
ü  Ismail Solihin. 2009. Pengantar Manajemen
ü  Irham Fahmi. 2011. Manajemen Teori, Kasus, dan Solusi
ü  Dian wijayanto, Spi, MM. MSE. 2012. Pengantar Manajemen